Setelah lebih dari 25 tahun berkarir di berbagai macam perusahaan, atasan dan menjadi atasan dari berbagai team, sedikit sharing mungkin bisa membantu sekedar menyegarkan ingatan dan pemahaman kita terhadap arti seorang “Pemimpin” dan apa yang harus dihindari.

Pembahasan tentang “Kepemimpinan” atau Leadership sudah banyak diulas di berbagai artikel, buku, berita dan sebagainya. Pembahasan menjadi penting karena di dalam karir seorang Property Manager atau Building Manager sudah pasti menjadi seorang pemimpin organisasi entah besar atau kecil, entah karyawan tetap atau mengelola berbagai perusahaan outsourcing yang menjadi team nya. Keberhasilan dan pencapaian sasaran tidak lepas dari keberhasilan seorang property atau building manajer menjadi pemimpin yang baik dan efektif.

Agar mudah diingat saya membaginya menjadi 3 hal penting yaitu: Hati, Pikiran dan Tubuh.

Memimpin dengan Hati:

Seorang pemimpin diharapkan dapat memimpin dengan sepenuh hatinya, apa saja yang menjadi bagian dari memimpin dengan Hati:

 

  • Semangat atau Gairah (Passion)

 

Seorang pemimpin yang baik tentunya memiliki semangat dan gairah terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Kenapa hal ini penting? Bayangkan bila seorang pemimpin membenci atau tidak menyukai pekerjaannya, sudah pasti semua perilaku, pemikiran dan tindakan nya akan tercermin pada kondisi sehari-hari dan pasti akan berpengaruh pada organisasi, orang-orang didalamnya.

Pada kenyataanya mencintai suatu pekerjaan itu memang sulit apalagi bukan bidang yang di sukai. Namun berdasarkan pengalaman tidak semua orang dapat menemukan atau bekerja di dalam bidang yang dicintainya. Lalu bagaimana dong? Sesuai pengalaman kita diberikan kemampuan berpikir untuk mencari cara agar kita bisa mencintai sesuai yang sedang kita kerjakan. Misalnya kita suka sekali mengajar, berbagi ilmu, itu mudah sekali, di dalam pekerjaan kita bisa melakukannya melalui program training internal, coaching karyawan dsb. Atau kita senang sekali terhadap bidang sosial dan kesejahteraan, ada program CSR di perusahaan. Contoh lain kita senang terhadap teknologi terbaru, di dalam tanggung jawab kita seringkali kita dapat terlibat di proyek atau inisiatif terkait dengan teknologi terbaru, aplikasi, computing, elektronika dan sebagainya.

Memiliki semangat dan gairah terhadap pekerjaan menjadi penting karena merupakan salah satu pondasi kita untuk dapat mencurahkan pikiran dan tenaga kita secara lebih positif. Dampaknya menular dan memberikan suasana kerja yang positif, bahkan sangat penting menunjang inovasi atau terobosan solusi yang dibutuhkan suatu organisasi, perusahaan.

 

  • Empati

 

Banyak yang bilang mau mendengarkan itu penting bagi seorang pemimpin, betul sekali tapi lebih penting lagi mau atau bisa ber-empati. Empati itu lebih dalam dan berdampak jauh karena kita mau dan bisa merasakan apa yang sedang dialami oleh team dan organisasi kita. Agar bisa berempati tentunya kita harus dapat melihat, mendengar dan merasakan dengan segala sensor yang ada di tubuh kita yang diberikan oleh YME. Ada yang bilang seseorang yang sensitive bahkan dapat merasakan secara tidak langsung (entah itu secara telepati atau, naluriah, atau hal lainnya). Tapi saya percaya juga bahwa manusia memancarkan suatu aura atau gelombang elektromagnetik yang dapat dirasakan oleh orang lain yang lebih peka.

Kembali ke topik empati, entah melalui penlihatan, pendengaran atau kepekaan lainnya, yang terpenting adalah kemauan dan latihan agar kita terbiasa dapat berempati. Berempati bukan berarti sekedar emosional belaka, seperti ikut menangis bila merasakan sedih, ikut tertawa bila merasakan senang, meski itu bagian dari empati, namun juga mau dan dapat dan mau memahami dan bertindak sesuai dengan apa yang dirasakan team/organisasi agar menjadi lebih baik. Contohnya bila suatu organisasi terasa tidak bersemangat atau terasa ada sesuatu yang tidak diungkapkan. Hal tersebut bisa dirasakan dan kita bisa mulai mencari tahu baik dengan komunikasi one on one, atau pertemuan “terbuka”, agar  kita paham apa yang sedang terjadi dan kita mau melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Mungkin karena gaya dan cara kepemimpinan kita sendiri yang perlu diubah, atau karena ada masalah2 mendasar di perusahaan yang harus diubah, hal sederhana seperti upah, penghargaan secara personal (kadangkala hanya perlu dipuji dan di berikan kepercayaan) dan sebagainya.

Contoh lain, salah satu anggota team kita tiba-tiba berubah dari yang bersemangat lalu menjadi pendiam, setelah dilakukan one-on-one ternyata sedang ada masalah dikeluarganya dan kita bisa menawarkan apa yang kita bantu secara individu maupun perusahaan. Seringkali berempati dihindari karena takut nantinya malah diminta bantuan keuangan dan hal lain.

Pernah salah satu karyawan saya mengalami masalah hutang pribadi, dan setelah berbicara jujur memang diakui akibat pengeluaran yang tidak sebanding. Waktu itu saya menyarankan melakukan restrukturisasi hutang, bisa dengan menjual asset yang ada, meminjam hutang untuk solusi sementara namun yang lebih penting saya tidak memberikan bantuan keuangan gratis karena masalahnya hal tersebut tidak mendidik dan tidak menjadi pembelajaran bagi orang tersebut. Namun di kesempatan lain bisa saja karena masalah keluarga yang mendesak karena musibah dsb. Hal ini tentunya perlu solusi lain, ada urunan, namun tentunya secara pribadi bisa memberikan bantuan tanpa pamrih.

 

 

  • Nilai-nilai kehidupan

 

Nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, bisa bekerja sama, tidak mudah berhitung pamrih, keterbukaan komunikasi, atau bahkan kesetiaan terhadap keluarga dan integritas. Mungkin ada yang mengatakan kan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan? Saya merasa beruntung pernah bekerja di perusahaan-perusahaan dunia yang sudah besar dan memiliki nilai-nilai dan prinsip yang dijunjung tinggi, seperti Integritas, Kejujuran, Kerjasama, Komitmen, dan sebagainya. Perusahaan yang tidak sekedar menaruh nilai-nilai dan prinsip yang baik dan menerapkannya di setiap hari dan kesempatan bekerja, serta sudah menjadi budaya yang melekat di perusahaannya, sudah pasti lebih punya kesempatan untuk menjadi perusahaan terbaik di dunia. Perusahaan seperti P&G, General Electric, dan perusahaan lain yang sudah bertahan puluhan bahkan ratusan tahun tentu tidak mungkin keliru memiliki nilai-nilai yang baik.

Seorang pemimpin tentunya diharapkan memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik, sama atau serupa di dalam pekerjaan. Hal tersebut berdampak besar terhadap pencapaian keberhasilan seorang pemimpin dan bahkan dalam kehidupan keluarga, sosial dan bernegara.

Bayangkan bila atasan anda seorang yang tidak jujur dan terbuka, sudah pasti anda akan merasakan kesal dan bahkan membencinya. Apakah anda sebagai karyawan akan mau percaya dan ikut, sertamemberikan tenaga dan pikiran yang maksimal bagi pemimpin tersebut dan parahnya berdampak bagi perusahaan secara menyeluruh?

Seringkali seorang pemimpin dihadapkan oleh keputusan-keputusan penting dalam karirnya, nilai-nilai kehidupan dan prinsip yang baik dapat menjadi mercu suar dan panduan dalam mengambil keputusan tersebut. Nilai-nilai dan prinsip yang baik akan sulit salah atau keliru karena bersifat universal. Apabila anda mersakan apa yang anda ambil keputusannya bertentangan dengan banyak/berbagai nilai dan prinsip baik maka sudah pasti ada yang salah dalam keputusan tersebut dan perlu ditinjau.

Memimpin dengan Pikiran

 

  • Terus menerus Belajar

 

Seorang pemimpin bukan berarti menjadi seorang ahli di dalam berbagai bidang yang mungkin belum tentu dapat dikuasai atau punya tenaga dan waktu untuk belajar secara menyeluruh dan menjadi yang terbaik di semua bidang? Sebagai manusia kita memiliki keterbatasannya masing2. Namun sebagai manusia yang diberikan otak untuk berpikir berarti kita tetap harus berusaha untuk mempelajari hal-hal yang baru. Tidak ada kata terlalu tua untuk belajar. Kalau mau jujur otak manusia sebenarnya tidak ada batasnya, namun kita sendiri yang menerapkan kurva dimana kalau sudah tua saatnya memberikan otak istirahat? Yang ada kita tambah pikun, dan linglung. Otak manusia memang bisa mengalami degenerasi tapi umumnya akibat pola hidup dan makan kita sendiri, setiap saat sel-sel otak mengalami degenerasi dan regenerasi, seperti otot dan bagian tubuh lainnya, otak perlu asupan yang seimbang dan latihan terus menerus agar tetap segar.

Apa artinya bagi seorang pemimpin? Karena menjadi pemimpin berarti perlu tetap berusaha di depan, belajar hal baru, belajar lebih banyak. Semakin tinggi seorang pemimpin di puncak perusahaan semakin dituntut memahami lebih banyak bidang. Seorang pemimpin belum tentu perlu menjadi ahli engineering saja, tapi juga perlu memahami tentang keuangan, tentang human capital atau resources, tentang investasi, tentang lingkungan, teknologi baru, dan banyak lagi.  Mengikuti course BOMA, mempelajari ilmu-ilmu terkait konstruksi bangunan, engineering, managerial, keuangan, dan psikologi manusia misalnya penting dan tidak ada ruginya sama sekali.

 

  • Inovasi

 

Kenapa seorang pemimpin dituntut lebih luas wawasannya? Semakin luas pemikiran seorang pemimpin maka akan memberikan wawasan, kemampuan membuat strategi, memikirkan solusi/terobosan baru dan juga menjadi partner kerja bagi team nya. Apabila seorang pemimpin hanya mau dan focus pada satu bidang saja maka lambat laun akan sulit bekerja sama dengan bagian lainnya? Kata orang lebih condong pada bagian anu, atau si anu, dsb.

Inovasi umumnya datang bukan karena hanya ahli di satu bidang namun juga karena pemahaman terhadap bidang lain yang siapa tahu malah memberikan ide atau solusi terobosan yang dibutuhkan.

Suatu terobosan atau inovasi pada umumnya bukan karena hasil pemikiran sendiri, bisa saja karena suatu ide lain yang dilontarkan oleh team atau rekanan, menjadi trigger atau memberi input pada solusi lain. Dijaman yang sudah sangat kompleks dan rumit saat ini, jarang sekali inovasi karena pemikiran sendiri atau pribadi yang ditemui saat sedang merenung sendirian, tapi umumnya diperoleh saat proses brainstorming atau diskusi bersama team, rekan kerja dan perkumpulan.

 

  • Visi, Misi dan Strategi

 

Seorang pemimpin yang baik mempunyai visi dan misi yang baik, sebuah mimpi akan tercapainya suatu tujuan yang berdampak baik bagi team/organisasi dan perusahaan. Visi dan misi yang dibuat oleh seorang pemimpin berdasarkan masukkan dan semangat team akan lebih baik lagi.

Visi dan Misi seringkali sekedar statement yang ditaruh di piagam atau pajangan, dan bahkan tindakan, action plan serta strateginya menjauh atau tidak membantu kea rah visi dan misi yang sudah ditetapkan.

Apakah visi dan misi bisa berubah? Bisa tapi jarang sekali visi dan misi berubah karena sifatnya lebih umum namun di satu sisi jelas tujuan yang diinginkan. Contoh perusahaan saya waktu bekerja memiliki misi, “Berupaya untuk mensejahterakan orang banyak” misi yang mulia dan bila dihubungkan dengan strategi yang baik tidak mungkin mejadi perusahaan yang besar. Perusahaan lain memiliki visi, “Memberikan produk terbaik yang dapat membuat kehidupan kita menjadi lebih baik” dengan kata lain terus berinovasi untuk memberikan produk terbaik yang dapat meningkatkan kualitas hidup. Visi merupakan statemen singkat terhadap tujuan yang lebih baik dan mulia. Misi bisa lebih dari 2-3 statemen tentang apa yang akan dibuat suatu organisasi agar visi nya tercapai atau misi yang sejalan dengan visi yang akan dicapai. Contoh pengalaman kerja, Visi yang dicapai adalah menjadi organisasi real estate Indonesia terbaik di industrinya  sedangkan misi nya terdiri dari 3 statemen yaitu: 1. Membantu pencapaian perusahaan (corporate objective), 2. Memberikan layanan yang bernilai tambah tinggi, 3. Menjadi ahli di bidangnya dengan tetap belajar dan berinovasi.

Strategi lebih detil lagi yaitu dengan mencanangkan arah dalam 3-5 tahun kedepan misalnya: 1. Fokus di dalam memperbaiki kondisi asset property agar tidak terjadi insiden atau menimbulkan kerugian, 2. Fokus dalam meningkatkan pendidikan dan edukasi team serta sertifikasi team, 3. Fokus pada pencapaian kinerja keuangan. Strategi bisa dituangkan di dalam konsep balanced scorecard sehingga dapat menjadi KPI (Key Performance Indicator) bagi organisasi tersebut dan bagi masing2 karyawan dibawahnya.

Kan perusahaan kecil apa perlu punya visi, misi dan strategi? Bisa dibilang “YA” meski tentunya tidak perlu rumit, buat yang mudah dipahami dan dimengerti serta dilaksanakan oleh team. Lebih baik punya dibandingkan tidak sama sekali. Visi, Misi dan Strategi dapat memberikan arah yang jelas bagi team untuk dicapai dan memberikan arti dan semangat kerja yang dibutuhkan. Setiap pencapaian di level tertentu bisa dirayakan, diberikan reward dan recognition, sehingga perjalanan menuju tujuan menjadi lebih menarik dan rasa memiliki team akan menjadi lebih tinggi.

 

Memimpin dengan Tubuh

 

  • Kesehatan Jasmani dan keseimbangan hidup

 

Dimulai dengan kesehatan diri pemimpin itu sendiri. Bayangkan pemimpin yang sering sakit-sakitan, hidup tidak sehat dan tidak memperhatikan kesehatan jasmaninya, atau bahkan amit-amit malah konsumsi obat terlarang. Sudah pasti kinerjanya biasanya amburadul atau cuman sekali-sekali saja baik, selebihnya hanya bagus di kulit atau tidak sustainable/jangka panjang. Kesehatan tubuh mendukung kesehatan pikirin dan kesehatan jiwa/hati. Ketiganya membentuk segitiga keseimbangan hidup. Salah satu tidak baik maka hasilnya saling berpengaruh pada ketiga hal tersebut. Pikiran kotor menyebabkan kesehatan tubuh dan jiwa yang buruk, sebaliknya hati yang dengki/kotor seringkali menyebabkan penyakit jangka panjang, depresi dan lainnya. Seringkali kita lupa asupan makanan berpengaruh besar pada kesehatan jasmani, pikiran dan akhirnya jiwa. Keseimbangan perlu dicapai. Bila seseorang aktif secara fisik tentunya perlu asupan makanan yang sesuai, namun apabila aktivitas fisik kurang, maka perlu dibatasi asupan makanan yang digunakan untuk sumber energy seperti karbohidrat contohnya.

Keseimbangan hidup antara bekerja, bermain (fun) dan keluarga juga penting. Sebagai manusia yang punya keterbatasan kita mudah sekali mengalami burn out atau kelebihan/kecapaian yang berdampak negative, terlalu banyak fun juga tidak baik dan melupakan kegiatan yang dapat mendukung pencapaian kinerja.

 

  • Komunikasi dan Hubungan Relasi Kerja

 

Komunikasi dan hubungan antar personal yang baik merupakan salah satu bentuk kegiatan fisik yang penting. Tanpa komunikasi maka akan timbul masalah besar di organisasi. Kadangkala karena kesibukan sendiri, pimpinan jarang sekali berkomunikasi dengan team nya. Komunikasi yang baik tidak hanya satu arah berbicara saja, tapi yang penting juga mampu mendengarkan secara efektif.

Komunikasi bisa secara masal misalnya waktu gathering, meeting dan acara-acara yang melibatkan banyak orang, maupun komunikasi yang lebih intens secara satu persatu atau one on one. Beberapa pemimpin bahkan tidak hanya melakukan komunikasi one on one terhadap direct reportnya tapi dibawahnya atau seringkali disebut skip level.

Pemimpin kita juga memperkenalkan istilah blusukan atau melakukan kunjungan dan komunikasi ke tingkat paling bawah misalnya ke karyawan kebersihan, teknisi, sekuriti dsb.  Mencoba memahami kendala-kendala maupun pencapaian yang sudah terjadi tataran aktivitas di lapangan.

Tujuan komunikasi antara lain untuk mendengarkan kendala dan tantangan serta pencapaian yang ada lapangan dan juga menyampaikan visi, misi dan strategi serta arah dari organisasi/perusahaan. Kedua hal tersebut penting karena kalau keduanya bisa searah akan sangat kuat dampaknya pada kemungkinan pencapaian tujuan/sasaran kerja yang ingin dicapai.

Selain fungsi komunikasi dua arah tersebut, maka hubungan relasi yang baik akan tercipta antara pihak manajemen dan pihak pekerja/karyawan secara umum. Saya bahkan cukup heran masih saja masalah komunikasi terjadi di tataran manajemen senior bahkan di divisi yang seharusnya jadi tolok ukur yaitu Human Resource. Bisa dikatakan komunikasi adalah salah satu kunci kesuksesan seorang pemimpin.

 

  • Action dan Manajemen by Walking around (MBWA)

 

Seorang pemimpin juga dituntut tidak hanya pintar membuat strategi atau action plan di atas kertas. Seorang pemimpin terutama dituntut untuk dapat melaksanakan, mendorong, mengupayakan apa yang sudah disepakati bersama di strategi dan action plan, bisa terjadi di lapangan atau di kegiatan keseharian. Ada yang bilang eksekusi bahkan lebih penting dari sekedar sebuah strategi, tanpa eksekusi/aksi apalah artinya visi misi dan strategi tersebut.

Hal tersebut butuh energi, kemauan dan komitmen pihak terkait, dan tentunya peran Pemimpin yang bisa memastikan gerakan organisasi menuju ke tujuan/sasaran yang diinginkan. Kalau yang tertarik ada topik tentang Exellent Execution, yang berfokus bagaimana caranya mendapat kesuksesan dalam meng eksekusi suatu strategi/action plan.

Hal lain terkait action adalah MBWA, MBWA sebenarnya sudah cukup lama ada,  namun di dunia property dan building management MBWA menjadi penting karena memang mengelola property tidak hanya bisa duduk di kursi kantor didalam ruangan. Memahami secara detil pojok dan bagian2 dari gedung/property yang dikelola sangat penting.

Dari situ seorang pemimpin bisa mengetahui masalah dan tantangan yang ada dilapangan dan dihadapi oleh team setiap hari. Mulai dari masalah safety, risiko bagi penghuni, pekerja dan lingkungan, masalah teknis di lapangan, kebersihan, kesehatan, keamanan, kenyamanan, estetika atau keindahan, dan banyak lagi hal-hal lain yang bisa menjadi masalah atau butuh perhatian lebih dari manajemen.

Di beberapa perusahaan, seorang building atau property manajemen wajib jalan setiap pagi, misalnya di mall, karena buka lebih siang, paginya seorang BM/PM atau GM bisa berkeliling, melihat kondisi riil dilapangan, bertemu sapa dengan para pekerja, customer/tenant, berdiskusi singkat, dan memberikan arahan secara langsung yang dibutuhkan segera oleh team.

Hal penting lain dengan konsep MBWA, tidak hanya sekedar jalan dan mengamati dari jauh, tapi berperan langsung atau ikut bekerja dan menyelesaikan masalah bersama team di lapangan, selain memberikan dukungan moril tapi juga bisa turut merasakan tantangan yang dihadapi oleh team dalam pekerjaan mulai dari engineering, keuangan, system, people mgt. dsb. Meski tidak disarankan tapi kalau ada kemampuan fisik/diri dan tetap mengingat factor safety seorang pemimpin bisa ikut dalam kegiatan2 tertentu yang memang sulit, misalnya meninjau area rooftop, lift car, dan sebagainya bukan cari masalah tapi melihat secara riil kondisi yang ada.

Kembali ke kantor, bisa dilanjutkan dengan meeting/briefing singkat bersama tim inti untuk memberikan arahan atau meminta solusi/action plan untuk mengatasi masalah/kendala yang ditemukan. Tidak lupa memberikan recognition terhadap hal2 yang sudah baik dilakukan.

Seorang BM/PM memiliki privilege untuk bisa melakukan MBWA secara efektif, dan juga bermanfaat bagi dirinya karena hitung2 bisa berolahraga fisik dengan menghitung sudah berapa langkah hari itu mengelilingi propertinya.

Bila dilakukan secara rutin, tulus dan berkesinambungan, team tidak akan merasa MBWA sebagai bentuk pengawasan/audit yang sifatnya menghukum, team bahkan merindukan pemimpinnya dan bisa menyampaikan secara terbuka masalah yang ada dan tidak lupa keberhasilan pencapaian kinerja tertentu.

Banyak lagi yang tidak bisa dibahas disini, tapi sebenarnya tidak lepas dari tiga area yang perlu menjadi perhatian, kemauan, komitment dari seseorang pemimpin

Ada yang bilang wah sulit sekali jadi pemimpin, ya kalau mudah semua sudah dan bisa jadi pemimpin, dan memang tidak semua bisa jadi pemimpin. Jadi bila anda sudah ditunjuk oleh perusahaan, manajemen atau owner menjadi building/property manager atau pemimpin suatu organsiasi maka sudah selayaknyalah anda bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik, menjadi inspirasi bagi team dan diandalkan oleh manajamen/perusahaan anda. Tidak seorangpun dilahirkan menjadi pemimpin, namun melalui proses, pembelajaran, pelatihan dan pengalaman, maka bisa lahir seorang pemimpin yang baik dan diandalkan.

Apakah anda mau jadi sekedar boss atau menjadi pemimpin yang baik dan diandalkan?

Salam sukses selalu.

Andy Harsanto